IMG-LOGO

MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

Create By 31 October 2018 16 Views

Pembangunan ketersediaan dan kecukupan pangan merupakan upaya mengembangkan sistem pangan yang andal, mencakup kegiatan yang saling terkait mulai dari produksi, pengolahan, distribusi dan pemasaran pangan sampai di tingkat rumah tangga.

Ditunjang kebijakan pemerintah di sektor pertanian yaitu upaya peningkatan ketahanan pangan, maka dewasa ini usaha-usaha pertanian sangat intensif dilakukan, mengingat perluasan lahan pertanian sudah tidak memungkinkan. Salah satu langkah yang ditempuh adalah penggunaan pupuk kimia sintetis dan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan pestisida.

Upaya pengendalian yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pestisida dapat menimbulkan resistensi, resurjensi, peledakan hama sekunder serta pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, maka pengendalian yang harus dilakukan adalah berdasarkan pengendalian hama terpadu (PHT)

Karena itu dalam buku ini sengaja kami sajikan hal–hal yang terkait dengan hama dan penyakit pada tanaman pangan dan juga pastisida baik nabati maupun sintetis serta ancaman bahayanya bagi lingkungan kita.

 

MENGETAHUI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) 

  1. 1.       Mengenal OPT

Hama dan penyakit atau sering disebut Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman merupakan salah satu faktor yang menghambat usaha peningkatan produksi tanaman. Serangan OPT tidak saja menyebabkan kehilangan kuantitas hasil dan menurunkan kualitasnya, tapi juga dapat  menghilangkan kepercayaan  petani terhadap program peningkatan produksi tanaman pangan. Kerusakan tanaman akibat OPT beraneka ragam, mulai dari intensitas serangan hingga puso. Hal ini dapat diopengaruhi oleh ketahanan varietas tanaman terhadap OPT, keadaan lingkungan fisik dan biotik, terdapatnya sumber serangan, serta kemampuan petani untuk mengendalikan.

Perlindungan tanaman terhadap gangguan OPT pada tanaman pangan bertujuan untuk mempertahankan produktivitas pada taraf tinggi dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan keseimbangan sumber daya alam. Kegiatan ini diarahkan agar tercipta suatu keadaan dimana faktor-faktor yang menentukan produksi dapat berfungsi secara optimal.

 

  1. 2.       Perkembangan populasi hama

Secara umum keadan populasi OPT pada tanaman selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Naik-turunnya populasi OPT berkisar pada suatu garis yang dinamakan garis keseimbangan populasi. Pertumbuhan populasi hama dapat dibagi menjadi 5 (lima ) tingkatan pertumbuhan (Allee et al dalam Untung K, 1993) yaitu :

  1. a.     Perkembangan tingkat I merupakan periode peningkatan populasi yang tumbuh secara  sigmoid. Periode ini terdiri dari 3 tahap, yaitu :

a.1. tahap pembentukan populasi

a.2. tahap pertumbuhan cepat secara eksponensional

a.3. tahap menuju keseimbangan .

Keadaan ini terjadi pada saat tanam hingga fase pertumbuhan vegetatif muda

  1. b.     Perkembangan tingkat II merupakan pencapaian aras atau letak keseimbangan yang merupakan garis asimtot dari urva sigmoid. Pada tahap ini populasi telah mencapai stabilitas numeric dan umumnya terjadi pada fase tumbuh/tanaman vegetatif tua.
  2. c.     Perkembangan tingkat III, merupakan tahap oksilasi dan fluktuasi populasi. Oksilasi populasi adalah penyimpangan populasi sekitar aras keseimbangan secara simetris, sedangkan fluktuasi populasi merupakan penyimpangan populasi yang tidak simetris. Tingkat ini berjalan dalam waktu cukup lama, tergantung pada berfungsinya mekanisme umpan balik negative yang bekerja pada populasi organisme tersebut. Keadaan ini terjadi pada fase generatif.
  3. d.     Perkembangan tingkat IV, merupakan periode penurunan populasi atau periode negative. Terjadi akibat mekanisme umpan balik tidak berfungsi dengan baik. Hal ini biasanya terjadi pada fase generatif tua (terjadi penurunan)
  4. e.      Perkembangan tingkat V, merupakan fase kepunahan, umumnya terjadi akibat tanaman dipanen.

 

  1. 3.       Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hama pada tanaman di antaranya adalah :

Tanaman inang

Tanaman sebagai inang atau makanan bagi serangga hama sangat dipengaruhi oleh jenis, kwantitas dan kwalitas gizi tanaman itu sendiri. Setiap tanaman inang mempunyai pengaruhterhadap perkembangan populasi, daya tahan dan jumlah telur yang diletakkan (Minkenberg 1990). Tanaman inang yang mempunyai kandungan unsur N tinggi dapat meningkatkan aktivitas makan dan jumlah telur, sehingga mengakibatkan serangan menjadi berat dan berkorelasi positif dengan kelimpahan populasi hama tanaman di lapangan (Parella 1987). Kemampuan bertelur serangga hama juga sangat tergantung pada kwalitas  dan kwantitas sumber makanan. Ketersediaan berbagai jenis tanaman inang di lapangan selain membantu pertumbuhan dan perkembangan hama, juga mambantu pemencarannya

Musuh alami

Perkembangan populasi hama tanaman di lapangan sangat dipengaruhi oleh musuh alami seperti parasitoid dan predator. Parasitoid adalah serangga yang hidup dengan memarasit pada / di dalam serangga lain hanya selama pra dewasa. Predator adalah serangga yang memangsa lebih dari satu individu uantuk menyelesaikan satu siklus hidupnya (De bach 1973). Musuh alami yang sudah tersedia di lapangan sangat mempengaruhi keberadaan hama dan dapat menghambat perkembangan serangga hama. Pengukuran terhadap populasi musuh alami dengan tujuan untuk menaksir secara langsung mortalitas populasi inang yang disebabkan oleh musuh alami dinamakan parasitisasi dan predasi. Tingkat parasitisasi dan predasi serta distribusi beberapa musuh alami ini tidak merata pada berbagai tanaman inang, dan berbeda-beda menurut jenis tanaman dan lokasi ditemukan. Selain itu parasitoid dan predator dapat dikelompokkan sesuai spesies serangga inang, tanaman inang, dan daerah geografis tempat tanaman inang tumbuh (Susilawati et al.2001)

 Faktor lingkungan

Suhu dan kelembaban juga banyak mempengaruhi perkembangan hama. Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku hama, terutama perilaku makan dan peletakan telur sangat dipengaruhi suhu. Suhu udara yang sangat membantu kehidupan hama berkisar 27-300c, dengan kelembaban udara sedang, yang sesuai dengan kondisi perkembangan tanaman sebagai inang hama.

Teknologi Pengendalian

Keberadan hama pada berbagai tanaman banyak yang sulit dikendalikan. Saat ini cara pengendalian yang banyak dilakukan petani adalah dengan pemberian insektisida. Padahal dalam konsep pengendalian hama secara terpadu (PHT), pengendalian secara kimia merupakan alternatif terakhir jika upaya lain telah dilakukan tapi kurang berhasil guna, karena pengendalian secara kimia dapat menimbulkan resistensi, resurjensi serta hama sekunder (Rauf et al. 2000)

Hal lain yang harus diperhatikan dalam pengendalian hama tanaman adalah pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi serta sosial, yang merupakan komponen dalam sisten pertanian berkelanjutan, sehingga dalam penerapannyafaktor-faktor pengendali alam seperti iklim, musuh alami dan kompetitor dapat bekerja seoptimal mungkin.

Beberapa teknologi pengendalaian hama tanaman dapat dilakukan, dan sangat relevan dengan cara-cara pengendalian berdasarkan konsep PHT yang sangat mempertimbangkan kelestarian dan keseimbangan sumber daya alam, yaitu :

 a.     Pengendalian secara fisik mekanik

Cara ini sudah lazim dilakukan yang tujuannya untuk menekan populasi hama sekaligus mematahkan aktivitasnya. Cara ini digunakan sebagai tindakan prevenif atau kuratif, seperti penggunaan lampu perangkap, penghalang fisik dll. Pertimbangan biaya dan efisiensi tenaga perlu mendapat perhatian dalam pemilihan metode pengendalian.

Salah satu teknologi pengendalian hama sayuran yang mudah dilakukan adalah :Penggunaan perangkap kuning, dimana dalam pengendalian hama cara ini kita menggunakan potongan kertas manila warna kuning dengan ukuran 20 x 30 cm. Tambahkan lem atau oli bekas pada seluruh permukaan kertas kuning. Letakkan / gantungkan pada berbagai sudut pertanaman sayuran cara lain adalah dengan menggunakan botol bekas air mineral, hampir sama dengan metode di atas, bagian dalam botol diisi dengan kertas kuning, kemudian dinding botol sebelah luar diberi lem / oli bekas.

Metode pengendalian dengan menggunakan perangkap kuning ini cukup efektif dalam menekan populasi hama sayuran di lapangan. Perangkap kuning juga sebagai alat yang mudah dan effisien untuk memonitoring hama dan parasitoidnya.

b.     Pengendalian secara hayati

Alternatif pengendalian lain yang dapat mengurangi dampak negatif terhadap musuh alami, manusia serta lingkungan adalah pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami berupa parasetoid, predator dan patogen.

Musuh alami seperti parasetoid dan predator umumnya sudah tersedia di lapangan. Untuk mengetahui jenis parasetoid yang menyerang hama tanaman sangat mudah dilakukan di tingkat lapangan. Teknologi pengenalan parasetoid tersebut dapat dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang terserang hama, misalnya kerusakan daun yang disebabkan oleh lalat kacang (Ophiomya phaseoli) dengan gejala adanya lubang-lubang bekas tusukan dan pada bagian dalam daun terlihat bekas dimakan hama. Kemudian masukkan ke dalam tempat plastik transparan.

Tutup bagian dinding dengan kertas berwarna hitam agar terlindung dari cahaya. Pada bagian atas hubungkan dengan gelas penampung serangga ( bekas gelas air mineral). Biarkan beberapa waktu hingga terlihat adanya serangga pada gelas penampung. Jika jenis serangga itu berbeda dengan hama yang kita kenal, maka dapat diduga serangga tersebut adalah parasetoid yang telah memarasit hama.

Jika parasetoid sudah kita temukan dapat dilakukan pemeliharaan atau dilepas di lapangan, karena parasetois mampu mematikan hama  dengan cara meletakkan telur dan berkembang di dalam tubuh hama, sehingga hamanya menjadi mati.

Jenis predator yang banyak terdapat di lapangan adalah jenis-jenis semut yang digunakan untuk mengendalikan hama seperti kutu daun Aphis sp. Sedangkan untuk hama seperti Spodoptera sp umumnya digunakan sexpheromon atau dengan teknik mandul jantan.

Penggunaan patogen seperti bakteri Bacillus thuringiensis dan cendawan  Beaveria bassania sudah banyak digunakan terhadap kumbang  Epilachna sp yang menyerang ketimun dapat digunakan B. Bassiana.

 c.     Penggunaan varietas tahan

Pada budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam PHT. Pemilihan varietas tahan dimaksudkan agar tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan cepat mengatasi kerusakan yang terjadi, dengan mempercepat pembentukan anakan atau proses penyembuhan fisiologi.

  d.     Pengendalian hama dan penyakit secara tanam tumpang sari

“ hutan yang tidak dikelola manusia adalah contoh alami dari kerja pengendalian hama secara biologis. Sebaiknya kita mencoba untuk meniru hutan alami. Di hutan, pohon dan semak melindungi tanaman dari angin yang mungkin membawa hama. Burung-burung berkeliaran di sekitar semak-semak dan pohon-pohon  sekeliling lahan yang makan sejumlah besar serangga dan ulat. Belajarlah dari kejadian yang terjadi di alam... (Agatho-Pertanian organik, Cisarua Bogor)

 Penanaman dengan tumpang sari / companion adalah penanaman berbagai jenis tanaman dalam satu lahan pertanian. Sebagai contoh, tanaman jagung dalam 1 baris dan buncis di baris berikutnya. Keuntungan cara tumpang sari adalah :

 Mengurangi hama karena bau-bauan dan meyediakan tempat bagi musuh alami.

           Kita pasti akan menghindari daerah / areal yang berbau tidak enak bagi kita. Demikian juga dengan serangga, ada serangga yang 

           kurang menyukai bau yang dikeluarkan oleh suatu tanaman tertentu. Mis :

    1. jagung tumpang sari dengan kacang tanah, kacang tanah menyediakan tempat bersembunyi bagi laba-laba yang menyerang penggerek batang jagung.
    2. Tomat dan tembakau, menghasilkan zat kimia yang bisa menolak / mengusir serangga sehingga tanaman tersebut membantu tanaman lain untuk tumbuh dengan baik.
  1. Mengurangi dominasi seuatu jenis serangga untuk menghabisi tanaman
  2. Menyeimbangkan unsur hara di tanah. Penanaman satu jenis tanaman saja akan membuat ketersediaan unsur hara dalam tanah menjadi tidak seimbang.

 e.      Penggunaan pestisida

Bila terpaksa menggunakan pestisida, maka gunakan pestisida nabati yang lebih murah atau membuat formulasi sendiri dari tanaman di sekitar kita. (dibahas di bab lain dalam buku ini)

  1. Perkembangan tingkat I: Diarahkan aplikasi bioaktif (Pestisida nabati )
  2. Perkembangan tingkat II : Dengan aplikasi Biopest
  3. Perkembangan tingkat III : Aplikasi pestisida kimia selektif
  4. Perkembangan tingkat  selanjutnya perlu eradikasi sumber serangan, baik dengan cara panen atau dengan cara lain.

Untuk wilayah Kecamatan Mungkid Kabupaten Magelang, pengendalian OPT diarahkan pada implementasi pengendalian biologi dengan titik penekanan pada,

  1. Tanaman tumpangsari terintegrasi (companion planting)
  2. Khusus penyakit pada tanaman, dengan penerapan biopest spesifik pada tanaman padi (kresek)atau dikenal dengan BLB / BRS, titik berat pada pemakaian bacteri corin
  3. Sedangkan untuk tanaman sayuran dengan apliksi biopest trichoderma untuk penyakit layu.
IMG
IMG
IMG